Saham Disuspensi, Begini Penjelasan IRRA soal Prospek Bisnis

  


Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen emiten distributor alat kesehatan, PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) menjelaskan soal prospek bisnis perusahaan di tahun ini di tengah kondisi harga saham perusahaan yang baru saja dihentikan sementara (suspensi) perdagangannya oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa ini (12/1/2021).

Dalam surat penjelasan kepada BEI, Direktur IRRA Pranoto Satno Raharjo mengatakan perseroan menargetkan pertumbuhan sebesar 80% 100% tahun ini, dari indikasi kinerja perusahaan di tahun 2020.

"Indikasi kinerja perusahaan di tahun 2020 tumbuh di kisaran 90%-95% untuk pendapatan dan kisaran 70% 80% untuk laba bersih dibandingkan tahun 2019 (YoY)," katanya, dalam keterbukaan informasi di BEI, Selasa (12/1/2021).

Dia mengatakan, salah satu kontributor penjualan perusahaan yang cukup signifikan di tahun 2020 adalah produk Swab Antigen Test di kuartal ke lV 2020 sebesar 2.4 juta unit.

Sementara itu, untuk proyeksi tahun 2021 hanya untuk Swab Antigen Test antara 5-10 juta unit, padahal di Januari 2021 saja sudah terjual 1.5 juta unit.

"Saat ini kami mempersiapkan transformasi dari model bisnis medical equipment supplier menjadi manufacturer dan innovator peralatan medis. Tujuannya untuk memperbesar ruang inovasi bisnis kami ke depan dan memperkuat positioning kami saat ini, seperti misalnya memperkuat kerja sama dengan mitra-mitra kami (produsen)," jelasnya.

'Amunisi Baru'

Tahun ini perseroan akan menargetkan memulai menjual produk baru dengan merk Avimac berupa immunomodulator untuk peningkatan imun tubuh yang dapat mendukung percepatan penanganan Covid-19 di Indonesia.

Produk ini sudah di produksi di Australia dan saat ini sudah mendapat izin edar dari di BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) sebagai suplemen.

Perseroan optimistis dalam beberapa tahun ke depan dapat menjaga ritme pertumbuhannya. Dengan beroperasi penuh pabrik baru PT OneJect Indonesia (sister company) di tahun ini dengan total kapasitas mencapai 1,2 miliar miliar jarum suntik sekali pakai (ADS) dan safety needle per tahun.

"Perseroan akan menjadi penyuplai jarum suntik terbesar di ASEAN dengan target pasar secara global."

"Selain pertumbuhan organic, kami juga menyiapkan pertumbuhan inorganic yang mulai kami lakukan di tahun ini, sebagai bagian rencana besar kami bertransformasi dari model bisnis medical equipment supplier menjadi manufacturer dan innovator peralatan medis," jelasnya.

Hingga penutupan perdagangan sesi II, saham IRRA masih disuspensi BEI.

"Sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham IRRA, dalam rangka cooling down, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham IRRA, pada perdagangan tanggal 12 Januari 2021," tulis BEI, dalam pengumumannya.

BEI menegaskan, penghentian sementara perdagangan saham IRRA tersebut dilakukan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, dengan tujuan untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham IRRA.

"Para pihak yang berkepentingan diharapkan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh perseroan."

Data BEI mencatat, saham IRRA dalam sepekan terakhir sudah mencuat 75% di level Rp 3.700/saham. Sebulan terakhir sahamnya terbang 141% dan 3 bulan terakhir melesat 381%.

Jumat pekan lalu, harga saham IRRA melesat ke level tertingginya 24,89% di level Rp 2.960/saham dan menembus level tertinggi sepanjang masanya saat itu.


https://www.cnbcindonesia.com/market/20210112162629-17-215388/saham-disuspensi-begini-penjelasan-irra-soal-prospek-bisnis


Share:

Arsip Blog

Recent Posts